Agama Tidak Membuat Orang Jadi Baik

Tidak ada satu Agama pun di dunia, yang bisa membuat orang jadi baik. Yang ada; Orang baik dan mempunyai niat yang baik, menggunakan Agama apa pun, untuk tujuan kebaikan. Pasti dia akan jadi baik. Jadi pilihlah Agama yang sesuai dengan Logika dan Hati Nurani.

Rabu, 14 Februari 2007

Etimologi

Kejawen adalah sebuah Agama Lokal pertama yang lahir di Indonesia, yang dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa, dan sukubangsa lainnya yang tinggal atau menetap di pulau Jawa.

Kata “Kejawen” berasal dari kata Jawi, sebagai kata benda yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia, yaitu seorang yang Berbudi Luhur. Sehingga Kejawen juga sebagai sebutan/predikat bagi pemeluk "Agami Jawi", sebagai contoh, seperti pemeluk agama Islam disebut sebagai Muslim.

Dalam konteks umum, kejawen merupakan Agama lokal Indonesia. Seorang ahli antropologi Amerika Serikat, Clifford Geertz pernah menulis tentang Agama ini, dalam bukunya yang ternama The Religion of Java atau dalam bahasa lain, Kejawen disebut "Agami Jawi".

Penganut ajaran untuk Kejawen biasanya, menganggap ajarannya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah prilaku orang yang beradap.

Ajaran kejawen biasanya bertumpu pada konsep "Keseimbangan". Dalam pandangan demikian, Kejawen memiliki kemiripan dengan Konfusianisme atau Taoisme, namun tidak sama pada ajaran-ajarannya.

Tetapi kini, bagi Kejawen Sejati, dengan Olah Roso, kita paham bahwa untuk berkomunikasi dengan Ghusti, kita dapat menggunakan suara hati, apapun bahasanya.

Catatan :
Agami Jawi, tidak menjadi monopoli orang-orang Jawa semata. Agami Jawi, Agamanya orang-orang yang ingin dapat Berbudi Luhur... Bahkan Agami Jawi ini, dapat diterapkan di belahan dunia manapun.

Minggu, 14 Mei 2006

Dosakah seorang Kejawen pindah ke Agama lain?

Tidak ada satu orang pun yang berhak untuk menghakimi seorang Kejawen, yang pindah ke agama lain. Karena Tuhan Yang Maha Esa memberikan kita hati dan pikiran, yang mana itu semua sudah diserahkannya sejak kita lahir di muka bumi.

Dengan kepindahannya dari Agama Jawi ke agama lain, ini berarti ia memilih pola hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dan bagaimana dirinya menempatkan Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri. Apakah dirinya ingin memiliki hubungan yang langsung dengan Tuhan Yang Maha Esa (tetap pada keyakinan Agama Jawi), atau dengan Perantara (pindah ke agama Rasul).

Agama Rasul menempatkan Rasul sebagai Perantara komunikasi, antara dirinya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karenanya, dalam sembahyang atau do’a mereka, mereka tidak lupa menyebutkan atau bahkan mendo’akan para Perantara mereka terlebih dahulu, sebelum memberikan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di lain pihak, hal tersebut sebagai wujud eksistensi mereka, bahwa mereka ada di jalur Perantara yang mana.

Minggu, 26 Maret 2006

Agami Jawi - Bukan Ilmu Kebatinan

Bagi kebanyakan orang, Kejawen hanya dianggap sebagai kebudayaan, sehingga pada akhirnya pun pengurusan Kejawen dimasukan kepada Departemen Kebudayaan.
Hal ini memang merupakan pembusukan yang terstruktur terhadap "Agami Jawi" itu sendiri.
Agama Jawi merupakan Agama yang bertumpu pada Olah Roso, atau dengan kata lain, bertumpu pada pengolahan "Bathin".

Banyak pembodohan yang dilakukan oleh Agama-agama Pendatang, karena mereka sangat berkepentingan bagi perluasan agama mereka sendiri, yang pada akhirnya mereka pun memiliki kepentingan bagi perluasan secara Ekonomi.

Istilah Batin dan Kebatinan adalah dua hal yang sangat berbeda. Tetapi dengan kepintaran Agama Pendatang memelintir itu semua, membuat nasib Kejawen seperti sekarang ini.
Olah Batin itu memiliki ruang yang luas; ada yang untuk mengenali diri sendiri yakni Olah Roso, sementara ada juga yang untuk pengobatan seperti Reiki misalnya.

Reiki saja yang jelas-jelas bukan sebuah Agama, saya pernah menanyakan kepada beberapa anggota dari komunitas mereka. Apakah Reiki itu adalah Kebatinan? Mereka dengan tegas menyatakan Olah Batin bukanlah Kebatinan, seperti yang sering dikatakan oleh orang-orang dari Agama Import.