Agama Tidak Membuat Orang Jadi Baik

Tidak ada satu Agama pun di dunia, yang bisa membuat orang jadi baik. Yang ada; Orang baik dan mempunyai niat yang baik, menggunakan Agama apa pun, untuk tujuan kebaikan. Pasti dia akan jadi baik. Jadi pilihlah Agama yang sesuai dengan Logika dan Hati Nurani.

Minggu, 27 Februari 2005

Ujian dari Tuhan Yang Maha Esa

Di agama lain, mungkin mempercayai bahwa kesusahan atau penderitaan merupakan ujian dari Tuhan. Bagi Agami Jawi, Gusti hanya memutuskan  2 (dua) hal absolut (yang disebut takdir), yakni kehidupan (lahir di bumi), dan kematian (meninggalkan bumi). Selain itu, Gusti memberikan kita pilihan.
Pada saat kita dilahirkan, dapat dianalogikan kita berada di depan sejuta persimpangan jalan. Pada saat itu memang kita belum dapat memilih jalan mana yang akan kita tempuh. Di sinilah peran orang tua kita yang memberikan warna samar-samar pada arah jalan hidup kita kemudian. Namun pada saatnya kita menginjak besar/puber, seyogyanya kita sudah mempuyai kapabilitas untuk menentukan jalan mana yang akan kita tempuh. Saat itulah, kita menentukan nasib kita sendiri.
Dua pilihan besarnya adalah, apakah kita ingin menjadi orang baik atau orang jahat. Dari dua pilihan besar itu, kita pun masih harus memilah-milah deferensiasinya dalam menjalankan pilihan itu sendiri. Yang perlu diingat adalah, jika kita sedang dalam masa-masa sulit atau kesusahan, maka itu artinya kita sedang berada dalam jalan yang salah. Bukan ujian dari Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan kita mengatakan bahwa kesulitan itu adalah ujian dari Tuhan Yang Maha Esa, maka tak ubahnya kita mengecilkan Tuhan kita sendiri. Hal ini yang banyak dilakukan oleh agama-agama import/pendatang. Menurut mereka Tuhan tak ubahnya seperti satpam, hal ini pulalah yang membuat bangsa kita selalu terpuruk dari eksistensi negara-negara lain. Ingatlah, Tuhan ada di atas segala-galanya. Ketika kita mengecilkanNya, maka alam dan seisinya yang akan mengecilkan kita.
Mungkin banyak dari anda, mempertanyakan tentang sangat berbedanya pola pikir Agama Lokal Nusantara ini, dengan agama-agama import lainnya. Hal ini dikarenakan, Agami Jawi tumbuh di alam yang bersahabat, sehingga seorang Kejawen Sejati terbiasa melihat di luar dirinya adalah hal-hal yang baik. Jadi, justru dirinyalah yang harus menyesuaikan dengan kebaikan itu sendiri. Hal ini anda dapat memahaminya pada Empat Sila Utama Pola Hubungan.