Bagaimana sembahyang? Untuk sembahyang sehari-hari bisa dilakukan pada
saat bangun tidur dan ketika menjelang tidur. Maknanya, orang lahir
(bangun tidur) dan meninggal (tidur).
Bagaimana posisi sembahyang? Cukup terlentang layaknya orang tidur,
dengan telapak tangan kiri diletakan tepat di atas jantung, dan telapak
tangan kanan diletakan tepat di atas puser. Maknanya, jantug adalah
organ vital kehidupan yang membersihkan darah dan puser adalah tali kehidupan ketika kita di dalam kandungan.
Do’a ketika sembahyang bangun tidur: “Terimakasih Gusti, saya diberi
kesempatan kembali untuk hidup hari ini. Sedulur papat limo pancer,
mari kita sama-sama menikmati hari ini dengan baik, semoga hidup kita
juga bermanfaat bagi Gusti dan pihak lain (alam, mahluk halus, sesepuh,
orang lain, dsb).
Do’a sembahyang menjelang tidur: “Gusti, terimakasih untuk hari ini.
Niat saya tidur, ikhlas dan pasrah pada Gusti. Sedulur papat limo
pancer, selamat tidur, badan tidur hati tetap bangun. Terimakasih,
sudah bersama-sama dengan saya dari bangun tidur hingga tidur kembali.
Sebelum melakukan segala sesuatu, sebagai seorang Kejawen harus Eling lan Waspodo.
Arti kekiniannya, kita harus selalu sadar dan konsentrasi pada apa yang
kita akan lakukan. Tetapi arti yang sebenarnya, kita harus selalu ingat
dengan Gusti, dan bahwa segala sesuatu kejadian tidak lepas dari
interaksi kita dengan segala sesuatu di sekitar kita termasuk alam,
sesepuh, dan mahluk halus lainnya.
Sembayang lainnya, dapat dilakukan dalam keadaan duduk bersila,
berdiri, maupun terlentang. Selain sembahyang wajib, akan lebih baik
dilakukan dalam keadaan duduk atau sila, telapak tangan kiri menempel
di dada, dan telapak tangan kanan menempel pada puser, atau dengan
tangan kanan di bawah tangan kiri. Makna tangan kanan di bawah tangan
kiri adalah, yang kotor di bawah yang bersih (darah bersih dari jantung
mengalir pada bagian tubuh sebelah kiri, sementara aliran darah kotor
mengalir pada bagian tubuh sebelah kanan).