Agama Tidak Membuat Orang Jadi Baik

Tidak ada satu Agama pun di dunia, yang bisa membuat orang jadi baik. Yang ada; Orang baik dan mempunyai niat yang baik, menggunakan Agama apa pun, untuk tujuan kebaikan. Pasti dia akan jadi baik. Jadi pilihlah Agama yang sesuai dengan Logika dan Hati Nurani.

Minggu, 27 Februari 2005

Do’a Dasar

Yang dimaksud do’a dasar adalah, do’a yang dapat dilakukan dalam berbagai kesempatan. Bacaannya: Gusti, hanya padaMu aku berpasrah, hanya padaMu aku berterimakasih, hanya padaMu aku memohon. Setelah itu sebutkan niat kita berdo’a. Contohnya, kita ingin memohon kesembuhan.
Gusti, hanya padaMu aku berpasrah, hanya padaMu aku berterimakasih, hanya padaMu aku memohon. Gusti, saya/aku/hamba memohon atas kesembuhan penyakit yang sudah saya/aku/hamba derita selama ini, dsb.
Do’a tersebut di atas hanyalah contoh. Bukan berarti anda harus meniru 100%. Seperti kesepakatan, bahwa hubungan setiap individu dengan Gusti memiliki hubungan yang unik. Yang perlu benar-benar diingat adalah, do’a seorang Kejawen tidaklah sama seperti doa agama-agama import yang gemar menggunakan kalimat perintah kepada Tuhan Yang Maha Esa, adalah perasaan dan pikiran kita yang ingin kita sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam tradisi Jawa, seseorang dapat mewujudkan do’a dalam bentuk lambang atau simbol. Lambang dan simbol dilengkapi dengan sarana ubo rampe sebagai pelengkap kesempurnaan dalam berdo’a.
Lambang dan simbol mengartikan secara kiasan bahasa alam yang dipercaya manusia Jawa sebagai bentuk isyarat akan kehendak Tuhan Yang Maha Esa (Gusti). Manusia Jawa akan merasa lebih dekat dengan Tuhan jika do’anya tidak sekedar diucapkan di mulut saja (NATO), melainkan dengan diwujudkan dalam bentuk, seperti: tumpeng, sesaji dan sebagainya, sebagai simbol kemanunggalan tekad bulat.
Oleh karenanya, manusia Jawa dalam berdo’a melibatkan empat unsur tekad bulat yakni: hati, fikiran, ucapan, dan tindakan. Upacara-upacara tradisional sebagai bentuk kepedulian pada lingkungannya, baik kepada lingkungan masyarakat manusia, maupun masyarakat ghaib yang hidup berdampingan, agar selaras dan harmonis dalam melakukan penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Gusti).
Bagi manusia Jawa, setiap rasa syukur dan do’a harus diwujudkan dalam bentuk tindakan riil (atau diiringi dengan usaha), sebagai bentuk ketabahan dan kebulatan tekad yang diyakini dapat membuat do’anya dikabulkan.